TikTok dan Jurnalisme Modern, Bagaimana Gen Media Network Memanfaatkannya

Industri media semakin berkembang. Kali ini didorong lewat kehadiran fitur video langsung seperti Facebook Live dan Instagram Live.

Sayangnya, kedua fitur baru ini harus rela digeser oleh tren, kreativitas, serta pertumbuhan dinamis dari TikTok.

Diketahui bersama kalau format media sosial satu ini diminasi dan dapat menjangkau puluhan Gen-Z.

Uniknya, beberapa generasi yang lebih tua juga turut menggunakan platform ini.

Dikatakan kalau sekarang TikTok telah menjangkau lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia, hampir sama dengan Instagram.

Digital News Report dari Reuters sendiri menemukan bahwa TikTok sekarang menjangkau seperempat (24%) anak di bawah 35 tahun, dengan 7% menggunakan platform untuk berita.

Jumlah ini bahkan lebih banyak lagi di negara-negara Asia dan Amerika Selatan. Tentunya, hal ini bisa dimanfaatkan oleh new media seperti Gen Media Network.

Seperti diketahui, media baru ini cukup eksis di platform media sosial berbasis video seperti TikTok, Instagram, dan YouTube.

Lewat platform tersebut, pengguna dapat diarahkan ke portal genmedianetwork.com, dan dua subportalnya yakni Gen Media Network Lifestyle dan Sport.

Namun, mengapa banyak orang yang menyukai TikTok?

Bisa dikatakan kalau mereka telah terpikat oleh campuran musik, humor (dan berita) yang didorong oleh rekomendasi “For You” yang dihasilkan oleh algoritme TikTok.

Pada gilirannya, kesuksesan ini telah mendorong Facebook dan YouTube untuk meningkatkan pengembangan format yang mirip, yakni Reel dan Shorts.

Mengapa Perkembangan Video Penting untuk Jurnalisme?

Industri media semakin khawatir tentang cara menarik pemirsa yang lebih muda dan banyak yang melihat format video di platform tersebut sebagai jawaban dari hal yang sedang terjadi.

Tak heran juga kalau banyak media yang membuat lebih banyak konten video untuk platform pihak ketiga seperti TikTok dan Instagram dewasa ini.

Beberapa media bahkan mengatakan kalau mereka akan melakukan lebih banyak upaya ke Instagram, TikTok, dan YouTube.

Kesamaannya? Semua platform di atas didominasi oleh konten visual dan video.

Sayangnya, usaha yang lebih sedikit dilakukan kepada media sosial raksasa seperti Twitter dan Facebook.

TikTok Menjadi Medan Pertempuran Bagi New Media

Betul kalau TikTok semakin digandrungi, baik oleh khalayak umum maupun organisasi berita.

Sayangnya semakin banyak konten di TikTok, semakin banyak pula informasi yang palsu dan menyesatkan juga.

Baru-baru ini, Institute for Strategic Dialogue melacak misinformasi tentang vaksin di platform tersebut dan menemukan bahwa lebih dari 100 postingan telah mendapatkan lebih dari 20 juta tampilan.

Terima kasih berkat algoritme kuat TikTok dan fitur audio unik yang dirancang untuk viral, sehingga hoaks dan misinformasi menyebar dengan lebih cepat.

Beberapa pengamat bahkan terus khawatir kalau platform milik Tiongkok ini akan mengambil pendekatan yang berbeda untuk moderasi konten pada topik sensitif secara politik daripada platform kompetitor milik Amerika Serikat.

Salah satu start-up yang ingin melawan informasi yang salah tentang TikTok dan platform sosial lainnya adalah News Movement yang didirikan oleh mantan eksekutif dari Dow Jones dan BBC.

Layanan ini bertujuan untuk menyampaikan informasi yang dapat dipercaya dan objektif pada tahun 2022 kepada khalayak massa di media sosial dengan penjelasan video dan teks yang dapat diakses dengan mudah.

News Movement dikelola oleh jurnalis muda dan akan beroperasi di TikTok, Instagram, YouTube, Facebook, dan Twitter.

Dengan begitu, diharapkan kalau beragam misinformasi yang ada di platform media sosial tersebut dapat disaring lagi.