5 Alasan Anak Muda Susah Beli Rumah di Masa Depan

 

Mengapa banyak anak muda yang diprediksi tidak akan memiliki rumah di masa depan? Bagi generasi milenial mungkin tidak terlalu heran jika anak muda saat ini punya preferensi ngontrak rumah daripada beli rumah dengan berbagai alasan. Selain itu, harga rumah pun semakin melambung tinggi, apalagi di kota-kota besar di sekitar Jabodetabek.

 

Selain itu, anak muda saat ini punya tujuan yang berbeda dengan generasi baby boomers sebelumnya. Dulu, seseorang dianggap mapan ketika sudah punya rumah dan kendaraan pribadi. Kini, standar kemapanan sudah berubah dan rumah bukan lagi dianggap sebagai simbol kemapanan.

 

Punya portofolio reksadana atau saham bisa jadi standar baru soal kemapanan. Malah, limit pinjaman aplikasi kredit pun bisa jadi ajang adu gengsi. Nah, kira-kira apa ya alasan anak muda saat ini sepertinya lebih sulit membeli rumahnya di masa depan.

Lebih Mementingkan Pengalaman

Sebelum pandemi banyak anak muda yang memang lebih memilih menambang pengalaman dengan traveling ke berbagai belahan dunia. Namun, pandangan tersebut akhirnya sedikit banyak berubah karena pandemi yang tidak bisa diprediksi.

 

Rumah bukan lagi sebagai tempat berteduh atau tempat kembali tapi juga menjadi tempat untuk berlindung selama masa pandemi. Sehingga nilai rumah pun menjadi naik kembali karena banyak anak muda yang kembali memikirkan pandangan hidupnya yang semula lebih mementingkan pengalaman kini tersadar betapa pentingnya sebuah rumah.

Menganut “Free Child”

Sempat viral beberapa anak mudah lebih memilih tidak memiliki anak karena berbagai alasan. Rata-rata orang-orang yang menganut free child lebih leluasa untuk tinggal dimana saja sehingga kadang mereka tidak terlalu memikirkan memiliki sebuah rumah.

 

Orang-orang yang sudah menikah dan punya anak, umumnya selalu memimpikan sebuah rumah. Asumsi inilah yang mendasari kemungkinan bahwa anak muda yang memilih free child tidak punya keinginan untuk memiliki rumah sendiri. Sebabnya karena mereka menganggap tidak ada yang harus diwariskan karena mereka memilih tidak akan memiliki keturunan.

Tidak Pandai dalam Mengatur Keuangan

Tingginya kredit macet dari kalangan mahasiswa dan first jobber menunjukkan bahwa masih banyak yang belum mampu mengelola keuangan. Padahal dibandingkan dengan dulu, akses literasi dan edukasi keuangan saat ini sangat mudah diakses. Malahan banyak influencer yang khusus membahas tentang cara mengatur finansial.

 

Jika ada anak muda yang tidak pandai mengatur keuangan, hampir dipastikan bahwa tidak diajarkan tentang literasi keuangan sejak kecil. Maka, sangat wajar jika pada akhirnya mengalami pengeluaran lebih besar daripada pemasukan.

Mudah Terbawa Arus dan Pergaulan

Inilah yang juga menjadi salah satu alasan. Pengaruh sesama sangat kuat sehingga biasanya yang diutamakan soal solidaritas. Namun, kadang-kadang solidaritasnya menjadi kebablasan tanpa memikirkan kondisi finansial masing-masing.

 

Belum lagi dengan godaan gengsi menggunakan gadget terbaru dan paling keren. Pergaulan inilah yang akhirnya merobohkan benteng pertahanan finansial. Sehingga terpacu untuk memiliki barang diluar kebutuhannya.

Terlalu Sering Mengandalkan Aplikasi Kredit

Jika sudah kepepet dan tidak memiliki sumber penghasilan lainnya, jalan yang ditempuh adalah dengan memanfaatkan aplikasi kredit. Jika satu aplikasi kredit tidak cukup membayar utang sekaligus memenuhi kebutuhan bulanan, maka daftar di aplikasi kredit lainnya hingga akhirnya terjebak dalam lingkaran setan gali lubang tutup lubang.

 

Dalam kondisi terdesak seperti itu wajar juga jika tidak bisa berpikir secara sehat. Bahkan aplikasi kredit yang dipilih bisa saja tidak terdaftar di OJK sehingga bunga yang harus dibayar lebih besar daripada rata-rata pinjaman online yang terdaftar di OJK.

 

Jika kamu dalam kondisi darurat, pastikan dulu kondisi finansial kamu mampu untuk mencicil utangnya. Kewajiban tetap harus diutamakan meskipun dalam kondisi butuh. Kedua, jangan berkompromi dengan pinjaman online ilegal. Pilih yang sudah terdaftar di OJK seperti Kredivo. Bunganya rendah, biaya transparan serta limit pinjaman yang diberikan tinggi.

 

Limit pinjaman Kredivo bisa mencapai hingga Rp50 juta khusus jika kamu melakukan pendaftaran di awal dengan memilih member premium. Tenornya fleksibel hingga 6 bulan untuk dana tunai. Sementara untuk belanja cicilan bisa hingga 12 bulan. Bunganya pun lebih rendah dibandingkan dengan kompetitor lainnya, hanya 2.6% saja per bulan. Khusus untuk tenor 3 bulan, bunga 0%. Cukup bayar biaya adminnya saja 3% dari total harga barang.